Sabtu, 30 Agustus 2014

Tayangan Televisi adalah Kebohongan


Dengan ditolaknya permohonan Prabowo-Hatta oleh Mahkamah Konstitusi kini Jokowi dan Jusuf Kalla resmi menjadi Presiden dan Wakil Presiden terpilih periode 2015-2020. Ketika masa kampanye berlangsung dua kubu giat berkampanye melalui media atau langsung turun ke lapangan. Baik itu kampanye melalui televisi maupun blusukan.
Namun ketika aku melihat stasiun televisi yang berbeda, stasiun TV satu sama lain jelas sekali terlihat berbeda. Yang satu mendukung capres cawapres Prabowo-Hatta dengan menjelekan capres dan cawapres lain dan program TV yang satunya lagi mendukung capres cawapres Jokowi-JK dan menjelekan sebaliknya.
Kalau aku analisis pemilik masing-masing acara televisi adalah orang yang bercokol dibidang politik
sehingga TV One yang dipunyai oleh Abu Rizal Bakri yang kebetulan berkoalisi dengan Prabowo-Hatta akan menayangkan program-program yang berbentuk dukungan terhadap kawan koalisinya. Tapi sebaliknya dengan Metro TV yang dipunyai oleh Surya Paloh. Karena Surya Paloh berkoalisi dengan kubu Jokowi-JK maka ia akan menayangkan program-program televisi yang berbentuk dukungan terhadap Jokowi JK dan berusaha menampilkan citra buruk lawan politiknya.
Sehingga dalam benakku muncul pertanyaan bahwasanya ketika suatu informasi dikeluarkan oleh stasiun televisi apakah informasi itu telah bebas dan netral terhadap pengaruh-pengaruh kepentingan seseorang yang mempunyai stasiun televisi tersebut. Sehingga saya berkesimpulan bahwa semua informasi dan tayangan televisi yang disajikan tidak semua mengandung kebenaran dan kebohongan. Semua informasi dan tayangan televisi yang ditayangkan mempunyai tujuan yang berhubungan dengan kepentingan si empu yang mempunyai stasiun televisi tersebut, baik itu buruk maupun baik.
Lihat saja dahulu sekitar tahun 90an, budaya pacaran belum begitu memperkosa bangsa Indonesia, kini budaya pacaran telah merambah dunia bangku sekolah dan lebih parahnya lagi anak SD pun akan tahu jika ditanya mengenai hal yang berkaitan dengan pacaran. Itu karena salah satu factor yang membuat itu semua adalah tayangan televisi. Setiap hari di salah satu stasiun televisi selalu menayangkan anak muda yang sedang di mabuk cinta. Hidupnya dihabiskan oleh cinta dan cinta. Kemudian pada malam harinya tayangan yang sama datang lagi, namun dengan jalan cerita yang berbeda. Kini adegan pacarannya dilakukan di sekolah (Ganteng Gantang ko, Serigala? Hha….). Tayang tersebut banyak dilihat oleh anak-anak yang rata-rata usianya akan menginjak masa remaja. Maka sudah hal yang dapat dipastikan jika sekarang kita telah banyak melihat anak-anak sekolah sedang asik berduaan dengan lawan jenisnya sedang bermesraan.
Seseorang yang katanya Proklamator pernah berkata “berikanlah aku sepuluh orang pemuda, maka akan aku goncang seluruh dunia”. Bagaimana akan menggoncangkan dunia, toh sekarang pemudanya saja yang dipikirkan hanyalah cinta dan pacaran. Memang mau menggoncangkan dunia dengan percintaan dan pacaran?
Aku rasa tidak semua tayangan televisi adalah kebenaran. Dan tidak semua tayangan televisi adalah kebohongan. Aku berpendapat seluruh siaran dan tayangan yang dikeluarkan oleh stasiun televisi tidak akan bisa dipisahkan dengan kepentingan pihak pemegang stasiun televisi baik itu benar maupun salah. Semua akan terkaitk dengan kepentingan.
Untuk itu jauh-jauh hari Allah sudah memberitahu kita melalui kalamnya yaitu :
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä bÎ) óOä.uä!%y` 7,Å$sù :*t6t^Î/ (#þqãY¨t6tGsù br& (#qç7ŠÅÁè? $JBöqs% 7's#»ygpg¿2 (#qßsÎ6óÁçGsù 4n?tã $tB óOçFù=yèsù tûüÏBÏ»tR ÇÏÈ  
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (Q.S. Al Hujurat : 6)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar