Dengan ditolaknya permohonan Prabowo-Hatta oleh Mahkamah
Konstitusi kini Jokowi dan Jusuf Kalla resmi menjadi Presiden dan Wakil
Presiden terpilih periode 2015-2020. Ketika masa kampanye berlangsung dua kubu
giat berkampanye melalui media atau langsung turun ke lapangan. Baik itu
kampanye melalui televisi maupun blusukan.
Namun ketika aku melihat stasiun televisi yang berbeda,
stasiun TV satu sama lain jelas sekali terlihat berbeda. Yang satu mendukung
capres cawapres Prabowo-Hatta dengan menjelekan capres dan cawapres lain dan
program TV yang satunya lagi mendukung capres cawapres Jokowi-JK dan menjelekan
sebaliknya.
Kalau aku analisis pemilik masing-masing acara televisi
adalah orang yang bercokol dibidang politik
sehingga TV One yang dipunyai oleh Abu Rizal Bakri yang kebetulan berkoalisi dengan Prabowo-Hatta akan menayangkan program-program yang berbentuk dukungan terhadap kawan koalisinya. Tapi sebaliknya dengan Metro TV yang dipunyai oleh Surya Paloh. Karena Surya Paloh berkoalisi dengan kubu Jokowi-JK maka ia akan menayangkan program-program televisi yang berbentuk dukungan terhadap Jokowi JK dan berusaha menampilkan citra buruk lawan politiknya.
sehingga TV One yang dipunyai oleh Abu Rizal Bakri yang kebetulan berkoalisi dengan Prabowo-Hatta akan menayangkan program-program yang berbentuk dukungan terhadap kawan koalisinya. Tapi sebaliknya dengan Metro TV yang dipunyai oleh Surya Paloh. Karena Surya Paloh berkoalisi dengan kubu Jokowi-JK maka ia akan menayangkan program-program televisi yang berbentuk dukungan terhadap Jokowi JK dan berusaha menampilkan citra buruk lawan politiknya.
Sehingga dalam benakku muncul pertanyaan bahwasanya ketika
suatu informasi dikeluarkan oleh stasiun televisi apakah informasi itu telah
bebas dan netral terhadap pengaruh-pengaruh kepentingan seseorang yang
mempunyai stasiun televisi tersebut. Sehingga saya berkesimpulan bahwa semua
informasi dan tayangan televisi yang disajikan tidak semua mengandung kebenaran
dan kebohongan. Semua informasi dan tayangan televisi yang ditayangkan
mempunyai tujuan yang berhubungan dengan kepentingan si empu yang mempunyai
stasiun televisi tersebut, baik itu buruk maupun baik.
Lihat saja dahulu sekitar tahun 90an, budaya pacaran belum
begitu memperkosa bangsa Indonesia, kini budaya pacaran telah merambah dunia
bangku sekolah dan lebih parahnya lagi anak SD pun akan tahu jika ditanya
mengenai hal yang berkaitan dengan pacaran. Itu karena salah satu factor yang
membuat itu semua adalah tayangan televisi. Setiap hari di salah satu stasiun
televisi selalu menayangkan anak muda yang sedang di mabuk cinta. Hidupnya
dihabiskan oleh cinta dan cinta. Kemudian pada malam harinya tayangan yang sama
datang lagi, namun dengan jalan cerita yang berbeda. Kini adegan pacarannya
dilakukan di sekolah (Ganteng Gantang ko, Serigala? Hha….). Tayang tersebut
banyak dilihat oleh anak-anak yang rata-rata usianya akan menginjak masa
remaja. Maka sudah hal yang dapat dipastikan jika sekarang kita telah banyak
melihat anak-anak sekolah sedang asik berduaan dengan lawan jenisnya sedang
bermesraan.
Seseorang yang katanya Proklamator pernah berkata “berikanlah
aku sepuluh orang pemuda, maka akan aku goncang seluruh dunia”. Bagaimana
akan menggoncangkan dunia, toh sekarang pemudanya saja yang dipikirkan hanyalah
cinta dan pacaran. Memang mau menggoncangkan dunia dengan percintaan dan
pacaran?
Aku rasa tidak semua tayangan televisi adalah kebenaran. Dan
tidak semua tayangan televisi adalah kebohongan. Aku berpendapat seluruh siaran
dan tayangan yang dikeluarkan oleh stasiun televisi tidak akan bisa dipisahkan
dengan kepentingan pihak pemegang stasiun televisi baik itu benar maupun salah.
Semua akan terkaitk dengan kepentingan.
Untuk itu jauh-jauh hari Allah sudah memberitahu kita melalui
kalamnya yaitu :
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä bÎ) óOä.uä!%y` 7,Å$sù :*t6t^Î/ (#þqãY¨t6tGsù br& (#qç7ÅÁè? $JBöqs% 7's#»ygpg¿2 (#qßsÎ6óÁçGsù 4n?tã $tB óOçFù=yèsù tûüÏBÏ»tR ÇÏÈ
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa
suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu
musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu
menyesal atas perbuatanmu itu. (Q.S. Al Hujurat : 6)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar