Kamis, 04 September 2014

INILAH HAKIKAT IBADAH

Sebenarnya hal ini sudah lama aku pendam dalam hati. Yaitu sebuah hadits yang menerangkan tentang suatu takdir. Aku sempat bingung dibuatnya. Aku bingung karena apakah aku yang kurang paham terhadap hadits tersebut atau memang hadits tersebut dhaif, tapi tidak mungkin hadits itu dha’if karena riwayat atau sanad yang diberikan hadits tersebut lengkap dan aku dapatkan hadits itu dari hadits muslim. Hadits tersebut adalah sebagai berikut.


حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ وَوَكِيعٌ ح و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ الْهَمْدَانِيُّ وَاللَّفْظُ لَهُ حَدَّثَنَا أَبِي وَأَبُو مُعَاوِيَةَ وَوَكِيعٌ قَالُوا حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ عَنْ زَيْدِ بْنِ وَهْبٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوقُ إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا ثُمَّ يَكُونُ فِي ذَلِكَ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يَكُونُ فِي ذَلِكَ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يُرْسَلُ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيهِ الرُّوحَ وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيدٌ فَوَالَّذِي لَا إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ كِلَاهُمَا عَنْ جَرِيرِ بْنِ عَبْدِ الْحَمِيدِ ح و حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ ح و حَدَّثَنِي أَبُو سَعِيدٍ الْأَشَجُّ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ ح و حَدَّثَنَاه عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُعَاذٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا شُعْبَةُ بْنُ الْحَجَّاجِ كُلُّهُمْ عَنْ الْأَعْمَشِ بِهَذَا الْإِسْنَادِ قَالَ فِي حَدِيثِ وَكِيعٍ إِنَّ خَلْقَ أَحَدِكُمْ يُجْمَعُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً و قَالَ فِي حَدِيثِ مُعَاذٍ عَنْ شُعْبَةَ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً أَرْبَعِينَ يَوْمًا وَأَمَّا فِي حَدِيثِ جَرِيرٍ وَعِيسَى أَرْبَعِينَ يَوْمًا

"Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah; Telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah dan Waki'; Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin 'Abdullah bin Numair Al Mahdani dan lafazh ini miliknya; Telah menceritakan kepada kami Bapakku dan Abu Mu'awiyah dan Waki' mereka berkata; Telah menceritakan kepada kami Al A'masy dari Zaid bin Wahb dari 'Abdullah dia berkata; Telah menceritakan kepada kami Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yaitu -Ash Shadiq Al Mashduq-(seorang yang jujur menyampaikan dan berita yang disampaikannya adalah benar): 'Sesungguhnya seorang manusia mulai diciptakan dalam perut ibunya setelah diproses selama empat puluh hari. Kemudian menjadi segumpal daging pada empat puluh hari berikutnya. Lalu menjadi segumpal daging pada empat puluh hari berikutnya. Setelah empat puluh hari berikutnya, Allah pun mengutus seorang malaikat untuk menghembuskan ruh ke dalam dirinya dan diperintahkan untuk menulis empat hal; rezekinya, ajalnya, amalnya, dan sengsara atau bahagianya.' Demi Allah yang tiada Tuhan selain Dia, sungguh ada seseorang darimu yang mengerjakan amal perbuatan ahli surga, hingga jarak antara dirinya dan surga hanyalah satu hasta, namun suratan takdir rupanya ditetapkan baginya hingga ia mengerjakan amal perbuatan ahli neraka dan akhirnya ia pun masuk neraka. Ada pula orang yang mengerjakan amal perbuatan ahli neraka, hingga jarak antara ia dan neraka hanya satu hasta, namun suratan takdir rupanya ditetapkan baginya hingga kemudian ia mengerjakan amal perbuatan ahli surga dan akhirnya ia pun masuk surga.' Telah menceritakan kepada kami 'Utsman bin Abu Syaibah dan Ishaq bin Ibrahim keduanya dari Jarir bin 'Abdul Hamid; Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, Dan telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim; Telah mengabarkan kepada kami 'Isa bin Yunus; Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, Dan telah menceritakan kepadaku Abu Sa'id Al Asyaj; Telah menceritakan kepada kami Waki'; Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, Dan telah menceritakannya kepada kami 'Ubaidullah bin Mu'adz; Telah menceritakan kepada kami Bapakku; Telah menceritakan kepada kami Syu'bah bin Hajjaj seluruhnya dari Al A'masy melalui jalur ini, dia berkata di dalam Hadits Waki'; sesungguhnya penciptaan salah seorang dari kalian dimulai dari perut ibunya selama empat puluh malam. Dan di sebutkan di dalam Hadits Mu'adz dari Syu'bah empat puluh malam, kemudian empat puluh hari. Sedangkan di dalam Hadits Jarir, empat puluh hari."
Karena pengetahuanku yang masih awam aku terheran-heran dengan hadits tersebut. Ketika aku membaca kalimat yang diberi warna kuning aku kaget. Seseorang yang mengerjakan amalan ahli surga sampai jaraknya antara surga dan ia satu hasta tetapi karena takdir menentukan ia masuk neraka maka ia masuk neraka. Begitu juga sebaliknya. Disitu aku berpikir buat apa seseorang mengerjakan amalan kebaikan kalau toh ia ditakdirkan akan masuk neraka. Dan lebih untungnya lagi seseorang yang mengerjakan amalan keburukan akan masuk surga karena takdir menentukan ia berbuat amalan baik ketika akhir hayatnya maka ia masuk surga. Lalu, mengapa Allah berbuat demikian? Mengapa Allah menciptakan manusia jika untuk dimasukan ke neraka?
Pertanyaan tersebut selalu terngiang dikepalaku. Beberapa hari kemudian, ada sebuah acara silaturahmi yang diadakan oleh teman-teman kampusku. Tempatnya sangat sejuk. Di daerah pegunungan. Suatu ketika aku sedang berkumpul dengan teman-temanku. Kala itu aku sedang membicarakan keilmuan Islam dan aku teringat hadits mengenai takdir itu. aku tanyakan saja langsung pada temanku itu kebetulan pemahaman mengenai Islamnya lebih baik dibandingkan denganku. Kubacakan saja hadits itu dihadapannya. Lalu temanku itu berkata padaku
“Itu adalah peringatan Nabi Muhammad kepada umatnya supaya tidak sombong karena merasa paling sholeh.” begitu sahutnya
aku termenung sejenak. Kemudian aku bertanya “Berarti hadits tersebut bertujuan untuk memperingatkan umatnya agar tidak sombong, begitu?” sahutku
“Iya.”sahutnya
“Sebentar, tapi ada kalimat (sambil kubacakan kalimat dalam hadits yang berwarna kuning), mengapa Allah seperti itu? Buat apa dong Allah menciptakan manusia?” sahutku dengan nada sedikit lebih tinggi
“Allah berhak atas semuanya. Allah kan Tuhan.” sahutnya lagi dengan santai. Kemudian adzan berkumandang. Karena semua bergegas untuk menunaikan ibadah shalat maka kami pun menghentikan diskusi. Bergegas aku mengambil kemeja dalam tasku untuk melaksanakan shalat dzuhur berjamaah. Ketika aku sedang berganti pakaian tiba-tiba ia menghampiriku.
“Lan, kalau Allah memasukan kamu ke neraka Allah salah ga?”
“……..engga.” Sahutku dengan nada ragu
“Kalau begitu Allah maha egois dong?” sahutnya lagi
“………..” aku terdiam karena kebingungan
“Ia allah Maha Egois. Allah pun sombong.” Sahutnya lagi dengan santai
“Bukan begitu, hanya saja aku aneh, mengapa Allah menciptakan manusia untuk dimasukan ke neraka.” sahutku dengan keheranan
“Kalau begitu Allah memang egois dan sombong. Tapi Allah berhak itu semua Fadhlan, karena Allah adalah Tuhan dan kita adalah manusia.” Sahutnya lagi
“Kalau begitu buat apa kita ibadah selama ini kalau toh akhirnya kita akan masuk neraka?” sahutku lagi
“Kalau begitu ikhlas saja karena Allah.” Sahutnya sambil pergi untuk bergegas shalat. Seketika aku terdiam mendengar kata ikhlas keluar dari dirinya. Aku termenung sesaat dan sadar. Lalu segera ku hampiri dirinya
“Benar, karena ibadah semata-mata hanya untuk mencari ridho Allah bukan surga dan neraka. Dengan kita mendapatkan ridho Allah kita juga akan mendapatkan surga. Karena surga diperuntukan untuk orang-orang yang mendapat ridho Allah.”
“Ya, betul.” sahutnya sambil tersenyum.
Aku sadar selama ini aku sering tidak ikhlas beribadah. Aku beribadah karena aku takut akan neraka. Aku ibadah karena aku menginginkan surga. Pantas ibadah yang kulakukan seperti tidak punya tujuan. Ibadah yang kulakukan hanya sebatas gerakan agar terpenuhinya syarat dalam syariat. Namun, aku melupakan satu hal yang menjadi elemen penting dari ibadah itu sendiri yaitu ikhlas. Aku sadar bahwa ikhlaslah yang menjadi landasan untuk beribadah. Dengan ikhlas ibadah yang kita tunaikan insya allah akan mendapat ridha Allah. Karena pada hakikatnya surga bukan tujuan, melainkan akibat. Dengan kata lain tujuan beribadah adalah ridho Allah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar